
KURUSETRA — Salam Sedulur… Kisah kesederhanaan dan keluasan hati Allahyarham Kiai Abdur Rozaq Fachruddin alias Pak AR sudah mahsyur terdengar. Beliau tidak hanya hanya memiliki nama besar, tetapi juga kebesaran sekaligus kerendahan hati yang luar biasa.
Contoh nyatanya adalah cerita ketika Pak AR yang memimpin Muhammadiyah dari tahun 1968-1990, tidak protes ketika diboncengi naik sepeda ontel saat dijemput untuk mengisi kuliah Subuh.
BACA JUGA: Jusuf Hamka: Pak Kiai Ibu Saya Sakit, Bisa Gak Suara Toa Masjidnya Dikecilin
Pak AR tidak segan-segan memenuhi undangan umat meski dalam kondisi terbatas. Kepada para pengundang, Pak AR tidak suka menambah beban bagi mereka yang dia anggap telah memiliki bebannya sendiri. Sehingga seringkali Pak AR bertindak sesuatu di luar dugaan.
Sebagai contoh, terdapat pada kisah “Pak AR Membonceng Sepeda Onthel” dalam buku Pak AR Sang Penyejuk karya Syaifudin Simon terbitan pertama tahun 2018. Kisah ini terjadi pada bulan Ramadan tahun 1989. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyarta (UMY) di kampus lapangan Asri menyelenggarakan acara Kuliah Subuh.
BACA JUGA: Dituduh Wahabi, Pak AR Malah Bikin Yasinan Model Muhammadiyah
Pagi itu giliran Pak AR mengisi Kuliah Subuh. Pukul 3.30 salah seorang panitia sudah siap menjemput Pak AR di Jalan Cik Di Tiro 19 A Yogya. Tetapi malang, sopir yang akan menjemput tidak datang. Kunci mobilnya lupa ditaruh di mana. Tidak ketemu. Panitia pun memutuskan ceramah Pak AR ditunda pada hari lain.

Sebagai salah seorang panitia, mahasiswa UMY bernama Syahrirsyah harus memberitahu Pak AR bahwa kuliah subuh batal. (Karena pada masa itu tidak ada telepon genggam seperti sekarang) Dia pun menggowes sepeda dari kampus Asri ke Cik Di Tiro. Sekitar 30 menit kemudian dia tiba di rumah Pak AR.
Keringat bercucuran di tubuh Syahrirsyah. Dengan napas masih tersengal-sengal, ia mengetuk pintu rumah Pak AR dan mengucapkan salam.
“Assalamualaykum Pak AR”.
“Wa’alaykumussalam warahmatullhi wabarokatuh”, Pak AR langsung menjawab dari dalam rumah.
BACA JUGA: Mengapa Orang Muhammadiyah tidak Tahlilan?
Ternyata Pak AR sudah lama menunggu jemputan panitia dan siap berangkat. Begitu melihat ada mahasiswa datang, Pak AR langsung berkata, “Ayo mas, kita berangkat”.
Syahrirsyah bingung dan berkata, “Maaf Pak, saya ditugaskan panitia untuk menyampaikan kepada Bapak, bahwa ceramah ditunda di hari lain. Sopir mobil yang akan menjemput Bapak tidak datang. Kunci mobilnya tidak ketemu.”
BACA JUGA: Gus Baha: Andai Tahlilan Baik Pasti Dilakukan Sahabat, Gak Mungkin Kan Sahabat Nahlili Nabi Muhammad
“Lha, panjenengan ke sini nitih menopo? (anda ke sini naik apa?)” tanya Pak AR.
“Ngangge sepeda, Pak (pakai sepeda pak)” kata Syahrirsyah.
“Oh ya sudah, kuliah subuhnya tidak usah diganti di hari lain. Pun monggo, sak niki ke kampus UMY ngangge sepeda njenengan mawon. Kulo mbonceng (Ya sudah, mari sekarang kita ke kampus UMY pakai sepeda anda saja. Saya yang membonceng)” kata Pak AR.

Anak muda tadi tambah bingung, kemudian berkata, “Mohon maaf, Pak. Tidak mungkin saya boncengkan. Jauh, Pak”.
Dalam batin, Syahrirsyah pun berkata, “Pak AR Ketua Umum PP Muhammadiyah, sudah sepuh lagi. Mana mungkin membonceng sepeda dari Cik Di Tiro ke kampus UMY Lapangan Asri. Jauh”
Ketika batinnya bergejolak, Pak AR ngendiko (berkata), “Monggo mas, kita berangkat. Nanti kuliah subuhnya terlambat."
BACA JUGA: Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
Akhirnya, anak muda itu tak kuasa menolak permintaan Pak AR. Dalam semriwing (semilir) angin pagi Yogya, Syahrirsyah pun akhirnya berhasil meyakinkan Pak AR agar dia saja yang membonceng menuju kampus UMY.
Anehnya, cerita Syahrirsyah, sepeda onthel yang sangat ringkih itu bisa berjalan cepat seperti sepeda motor. Tubuh Pak AR yang besar terasa ringan. Sambil menggowes sepeda onthel, Syahrirsyah terharu, meneteskan air mata.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
Dia tak kuasa membayangkan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang membawahi sekian puluh universitas mau dibonceng sepeda butut.
“Ini sesuatu yang tidak biasa. Pak AR bukan orang biasa,” bisik hatinya. Akhirnya, Pak AR sampai ke kampus UMY. Dan kuliah subuh tetap berlangsung sesuai jadwal. Bagi anak muda ini, peristiwa tersebut sangat berkesan dan akan dikenang sepanjang hidupnya. Kerendahan hati Pak AR telah menyentuh nurani terdalam Syahrirsyah.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Humor Gus Dur: Orang Jepang Sombong Mati Kutu di Depan Sopir Taksi
> Rektor ITK Singgung Manusia Gurun, Teringat Humor Gus Dur Tentang Unta Hewan Gurun yang Pendendam
> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
