Daendels Tumbalkan 12 Ribu Pekerja untuk Bangun Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan

Jalan Raya Pos atau yang dikenal Jalan Daendels.
Jalan Raya Pos atau yang dikenal Jalan Daendels.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

Jutaan warga Jakarta rela dan siap menghadapi berbagai kesulitan agar dapat berlebaran di kampungnya masing-masing. Tidak peduli kemacetan atau ongkos angkutan dengan tarif gila-gilaan. Namun apa yang mereka alami itu sebenarnya tidak ada artinya di bandingkan derita dan pengorbanan rakyat ketika membangun Jalan Raya Pos dari Anyer ke Panarukan. Jalan sepanjang 1.000 km sekitar Amsterdam sampai Paris itulah yang dilewati pemudik.

Jalan Raya Pos itu diarsiteki Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels. Karenanya, lebih dikenal dengan sebutan Jalan Daendels. Ia satu-satunya gubernur jenderal yang tidak diangkat Ratu Belanda. Tapi oleh Lodewijk Bonaparte, adik Napoleon pada tahun 1808. Ketika itu Belanda berada dalam cengkeraman Prancis, dan Napoleon mengangkat adiknya sebagai raja Belanda.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Lagi BAB Orang Jawa Ditanya Orang Sunda, Atos Kang, Dijawab Atos Atos, Mencret!

Untuk membangun jalan raya sepanjang itu, Daendels dengan kekerasan yang tiada tara mengharuskan para sultan dan bupati agar mengerahkan beribu-ribu pekerja rodi. Semua batu untuk peninggian dan pengerasan dibebankan kepada para petani.

Sangat berat dan sulit para petani saat mengangkut bahan-bahan untuk jalan raya itu. Apalagi kala belum ada alat-alat berat. Tenaga manusialah yang digunakan untuk mengangkutnya melalui gerobak yang ditarik sapi. Pramoedya Ananta Toer menyebutkan pembangunan jalan itu merupakan genosida atau pembunuhan secara besar-besaran.

BACA JUGA: Tulisan Lengkap Rektor ITK Soal Jilbab Manusia Gurun, Insha Allah, Barakallah, dan Qadarullah


Menurut data dari pihak Inggris tidak kurang 12 ribu pekerja mati terkapar dan menggelepar untuk jalan raya yang kini kita nikmati itu. Sebelum membangun jalan raya tersebut, saat Daendels tiba di Anyer, ia menempuh perjalanan dari Anyer ke Batavia selama empat hari. Setelah ada Jalan Pos hanya ditempuh dalam satu hari, karena saat itu belum diaspal. Sekarang Anyer-Jakarta dapat kita capai dalam satu jam lewat jalan tol.

Sebagai gubernur jenderal yang keras kepala, angkuh dan otoriter, pengagum Kaisar Napoleon dan anak revolusi Prancis ini, pada 12 November 1808 meluluhlantakan Keraton Surosowan di Banten, yang sampai sekarang puing-puingnya masih dapat kita jumpai. Padahal, saat itu Surosutan merupakan keraton yang megah dan pernah menjadi kediaman 21 sultan Banten.

BACA JUGA: Cak Nun: Ikut Muhammadiyah Otomatis Jadi NU, Kalau Ikut NU Puncaknya Jadi Muhammadiyah

Daendels berang terhadap sikap sultan Banten yang tidak mau mengerahkan rakyatnya untuk jadi korban rodi di Ujung Kulon, yang kala itu berawa-rawa dan menjadi sarang nyamuk malaria. Ribuan pekerja rodi di tempat-tempat lain juga meninggal karena terserang malaria penyakit mematikan kala itu.

Kesultanan Islam Banten, sejak masa Batavia-nya JP Coen tidak henti-hentinya mengusik Belanda. Mereka banyak bergerilya dengan markas di sekitar Angke dan Tangerang.

BACA JUGA: Dibangun Presiden Soeharto pada 1988, Tol Jakarta-Cikampek Jadi Langganan Macet Tiap Mudik Lebaran


Setelah Jalan Pos dapat diselesaikan dalam waktu hanya satu tahun, jalur dari Batavia-Semarang-Surabaya dapat ditempuh hanya dalam enam hari. Padahal, sebelumnya harus ditempuh selama berbulan-bulan. Kala itu pembangunan Jalan Pos merupakan prestasi yang luar biasa.

Pembangunan Jalan Daendels dari Batavia-Depok-Buitenzorg (Bogor) tidak begitu menghadapi masalah. Tapi ketika jalan harus melewati Cisarua-Puncak-Cianjur terus merambat ke Priangan yang bergunung-gunung dan melewati lembah-lembah, kesulitan terjadi. Dan berkat kegigihan Daendels wilayah itu dapat ditembus. Tentu saja dengan pengorbanan ribuan rakyat kecil yang menjadi pekerja rodi.

BACA JUGA: Humor: Slogan Damkar PPSP Pantang Pulang Sebelum Padam, Kalau Anies Pantang Pulang Sebelum Presiden

Dalam Hikayat Jakarta, penulis Amerika Willard A Hanna melukiskan sosok Daendels. Para petani yang mengenalnya menganggapnya sebagai momok. Para penguasa tradisional menganggapnya sebagai tiran.

Sedang orang-orang Belanda di Batavia menganggapnya sebagai pengkhianat, orang yang diragukan dan dibeli oleh Napoleon.

Orang Belanda malah lebih suka diperintah oleh Inggris daripada Prancis. Saking setianya kepada Napoleon, Daendels pernah mengibarkan bendera Prancis di Batavia.

BACA JUGA: Jusuf Hamka: Pak Kiai Ibu Saya Sakit, Bisa Gak Suara Toa Masjidnya Dikecilin


Sejarah Daendels di Jawa telah berakhir dengan ditariknya ia dari jabatannya pada 1811, atau hampir dua abad lalu. Tetapi, namanya sebagai seorang tiran terkenal hingga kini.

Jalan raya yang dibuatnya juga tetap terbentang merupakan contoh hasil kekerasan hati perencananya. Jalan yang begitu panjang tersebut melintasi pegunungan-pegunungan, menerobos hutan balantara, jurang-jurang terjal, pantai yang panjang dan lembah yang membentang.

BACA JUGA: Rasulullah Gunakan Rukyat, Mengapa Muhammadiyah Memakai Hisab? Ini 9 Alasannya

Demi pembangunan jalan itu ribuan pekerja mati dan menderita. Mereka adalah rakyat kecil, yang sampai kini tetap menderita. Karena, itulah kita harus mengingat pengorbanan mereka.

Semestinya pemerintah kini berusaha keras untuk memakmurkan mereka. Bukankah Bung Karno sering berkata, ”Kemerdekaan merupakan jembatan emas menuju kemakmuran.”

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor Gus Dur: Kiai tidak Sahur Gara-Gara Santri Kebanyakan Tanya Saat Disuruh Beli Telur

> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!

> GP Ansor Bantah Anggota Banser Lecehkan Tsamara Amany: Fotonya Dicatut

> Humor Gus Dur: Pastor Lega Dikira Gak Jadi Diterkam Harimau, Ternyata Harimaunya Lagi Baca Doa Makan

> Sempat Tantang Novel Bamukmin Duel, Denny Siregar: Gak Jadi Deh, Gw Males Bulan Puasa Berantem

> Sujiwo Tejo: Wayang Diharamkan ya Monggo, Toh Sudah Sejak Zaman Sunan Giri

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Sujiwo Tejo Mendalang Wayang di Acara PKS: Terima Kasih Menampilkan Barang Haram Ini

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.