
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA — Salam Sedulur… Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari, harga kebutuhan bahan pokok mulai naik bahkan langka. Seperti minyak goreng yang dalam satu bulan terakhir keberadaannya di beberapa daerah langka dan mahal. Menariknya, naiknya harga atau langkanya Sembako pasti berulang setiap tahun ketika menjelang Ramadhan.
Seperti pada 1964-1965 menjelang Ramadhan, Idul Fitri, Natal, Tahun Baru1964-1965, harga barang kebutuhan sehari-hari melonjak gila-gilaan. Yang menyedihkan, barang-barang hilang dari pasaran.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Marbot Adzan Subuh Jam 9 Pagi, karena Adzan Jam 5 tidak Ada yang ke Masjid
Seperti dilaporkan Henk Ngantung, gubernur masa itu, ketika alat-alat negara mengadakan penertiban di pasar-pasar, yang terjadi justru beras menghilang dari ibu kota. ”Tidak perlu saya lukiskan bagaimana suasana ibu kota kala itu. Jangankan rakyat yang tidak mampu, yang mampu pun sama nasibnya karena beras menghilang di pasaran,” tulis Henk Ngantung mengenai kesan-kesannya sebagai gubernur DKI dalam buku ”Karya Jaya”.
Pada masa Gubernur Soemarno, dilakukan dropping beras di kantor-kantor pemerintah, koperasi-koperasi, pasar, hingga ke RT dan RK (kini RW). Pokoknya, pada tahun 1950-an dan 60-an antre-antrean panjang terjadi di banyak tempat di ibu kota. Mereka rela berdesak-desakan hampir tiap hari untuk mendapatkan beras dan sejumlah bahan pokok lainnya, seperti gula dan minyak tanah.
BACA JUGA: Cak Nun: Yang Mengatur Hujan Bisa Tuhan, Wakil-Wakil Tuhan, atau Makhluk Seperti Jin dan Manusia
Seperti juga sekarang melalui Bulog, pemerintah kala itu juga ikut campur menangani distribusi. Pemerintah menganggap tidak mungkin ada perdagangan bebas beras tanpa campur tangan pemerintah, apalagi produksi dalam negeri tidak mencukupi.
Anehnya, sekalipun dropping dilakukan harga beras bukannya turun, malah harganya semakin melonjak. Boleh dikata kala itu hampir tiap hari terjadi kenaikan harga beras dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Kala itu merupakan hal biasa di rumah-rumah orang makan nasi dicampur jagung atau bubur karena mahalnya harga beras.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Di NU tidak Ada yang Rebutan Jadi Imam karena Gak Ada Duitnya
Sementara, beras dropping untuk Jakarta banyak yang nyasar ke daerah lain. Pemerintah menganggap dropping tidak berjalan efektif bila sistem antre beras tidak diawasi. Apalagi, mereka yang sudah dapat pembagian beras di kantor-kantor ikut-ikutan menikmati dropping. Agar tak sampai dobel menerima jatah beras, pada masa gubernur Soemarno (1960-1965), ia mengeluarkan kartu keluarga khusus pembagian beras. Pegawai negeri tidak berhak lagi untuk menerimanya.
Di samping beras, melalui kartu khusus ini juga dilakukan pembagian gula, minyak tanah, dan kebutuhan pokok lainnya. Kebijakan ini memang bisa mencegah terjadinya manipulasi beras dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Tapi, sayangnya tidak dapat mencegah kenaikan harga barang-barang tersebut.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Dulu Hafal Ribuan Nomor Telepon, Sekarang Saya Hanya Hafal Nomor Janda-Janda
Boleh dikata harga beras kala itu bukan saja tidak pernah stabil, malah terus merambat naik. Yang menyedihkan, pada saat-saat puasa dan menjelang Idul Fitri warga selalu dirisaukan kenaikan harga kebutuhan pokok sehari-hari.
Bahkan, tekstil kala itu ikut-ikutan menghilang dari pasaran. Yang sering dituding penyebabnya adalah kelompok ‘kapitalis birokrat’ (kapbir) dan kaum spekulan. Kala itu merupakan pemandangan biasa bila para demonstran membawa spanduk di jalan-jalan berbunyi ”Ganyang Kapbir, Ganyang OKB” (orang kaya baru). Atau ”Ganyang Setan Kota dan Setan Desa”. Terutama, demo yang dilakukan kelompok kiri.
BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Setelah Ustadz Syafiq, Kini Ustadz Firanda Ditolak Warga NU Ceramah di Wajo karena Disebut Radikal
> Humor Gus Dur: Kiai Sepuh Kelelahan Diajak Istrinya Maraton "Bunuh Orang Kafir" di Malam Pertama
> Siapa Sebenarnya Sarinah, Sampai-Sampai Namanya Jadi Nama Mal Pertama di Indonesia
> Humor Gus Dur: Diperintahkan Kiai Puasa Satu Tahun, Malah Puasa Setengah Hari
> Sujiwo Tejo: Indonesia Mayoritas Muslim Kenapa Harus Ada Logo Halal, Tapi Enggak Ada Logo Haram?
> Setelah Wayang, Kini Nasi Padang yang Diharamkan
> Humor Gus Dur: Cak Nun Batal Temani Soeharto Tobat Gara-Gara Dikerjain Gus Dur
TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
